Inspirasi Ramadan: Menilik Ayat-ayat Lauhulmahfuz


Kitab Suci Al-Qur'an, foto: koleksi pribadi.
Sudah lama saya tidak menulis di blog ini. Sekadar mengisi kevakuman, berikut ini tulisan yang pernah saya bagikan di tempat lain beberapa waktu lalu, tepatnya pada akhir Ramadan 1446 H. 

Ramadhan, bulan suci diturunkannya Al-Qur'an, mendorong kita untuk meningkatkan interaksi dengan kitab suci tersebut. Semangat tilawah, tahsin, tahfidz, dan tadabbur Al-Qur'an, serta pengamalannya, harus ditingkatkan. 

Tadabbur sendiri merupakan proses merenungkan ayat-ayat Al-Qur'an untuk memahami makna, hikmah, dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. 

Tulisan ini berbagi renungan pribadi penulis terkait dua ayat Al-Qur'an, yakni Al-An'am [6]:59 dan Al-Anbiya [21]:105, yang keduanya membahas Lauhulmahfuz. Perlu ditegaskan bahwa ini bukanlah tafsir, melainkan sekadar pemahaman penulis terhadap kedua ayat tersebut.

Penemu-penemu

Sepanjang sejarah peradaban manusia, tokoh-tokoh berpengaruh senantiasa muncul, memberikan kontribusi berupa penemuan-penemuan inovatif yang menjawab tantangan zamannya. Sebagai contoh, Archimedes, ilmuwan Yunani (287-212 SM), merumuskan Hukum Archimedes yang menjadi dasar teknologi kapal selam, balon udara, dan jembatan ponton.

Ibnu Sina (Avicenna), ilmuwan muslim abad ke-10-11 M, memberikan sumbangsih besar pada dunia kedokteran melalui ensiklopedia Al-Qanun fi al-Tibb, yang menjadi rujukan medis selama berabad-abad di Eropa.

Thomas Alva Edison (1847-1931), dikenal atas penemuan bola lampu pijar yang merevolusi penerangan.

Lebih baru lagi, Geoff Hinton dan John Hopfield meraih penghargaan Nobel atas kontribusi mereka dalam pengembangan teknologi Kecerdasan Buatan (AI) yang sekarang populer.

Keberadaan para pemikir jenius ini menunjukkan kontinuitas inovasi dalam menjawab permasalahan sepanjang masa.

Kitab yang Terjaga

Lauhul Mahfudz, atau Kitab yang Terjaga, merupakan catatan Ilahi yang memuat seluruh peristiwa alam semesta, dari yang terkecil hingga yang terbesar, baik yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi.

Sebutan ini muncul 16 kali dalam Al-Qur'an. Sekali dengan lafaz "Lauhulmahfuz" dalam Surat Al-Buruj, dan sisanya dengan sebutan lain seperti Kitab, Ummul Kitab, Kitab yang Nyata, Kitab yang Jelas, Kitab yang Terpelihara, dan Az-Zikr. 

Salah satu dari 16 sebutan itu ada di surat Al-An'am ayat 59, yang artinya:

"Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhulmahfuz).” QS. Al-An'am [6]:59.

Merenungkan secara mendalam makna ayat tersebut, sampailah pada pemahaman bahwa penemuan-penemuan besar—meskipun tidak disadari atau tidak diniatkan demikian—sesungguhnya merupakan hasil penilikan ayat-ayat Lauhulmahfuz. Yakni "pembacaan” bukan melalui penglihatan fisik, melainkan melalui intuisi, pemahaman mendalam, dan usaha gigih dalam memecahkan masalah, yang kemudian diberkahi Allah SWT dengan ilham dan pencerahan.

Ulama dan Saintis



Kebangkitan Islam mendatang, sebagaimana dikemukakan Emha Ainun Najib dalam "Jibril Tidak Pensiun," akan ditentukan oleh inovasi keilmuan, bukan gerakan politik. Penemuan "cahaya kebenaran Islam," baik oleh ilmuwan Muslim maupun non-Muslim, akan membawa dunia dan kemanusiaan untuk mengagumi dan meneladani kebesaran ciptaan Tuhan.

Oleh karena itu, diperlukan integrasi ilmu agama dan ilmu umum yang seimbang, sesuai dengan ajaran Al-Qur’an yang mendorong renungan terhadap alam semesta. Peningkatan kualitas ulama dengan wawasan saintifik, dan sebaliknya, perluasan wawasan keagamaan bagi ilmuwan, menjadi sangat penting.

Upaya-upaya nyata telah dilakukan, seperti berdirinya Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU-MI) yang menjalin kerjasama internasional---dengan beberapa universitas di AS dan Universitas Al Azhar di Kairo  Mesir---untuk mencetak ulama global.

Munculnya universitas berbasis keagamaan yang mengintegrasikan ilmu agama dan umum, serta transformasi IAIN menjadi UIN. Ditambah lagi, semangat mempelajari Islam secara non-formal di perguruan tinggi semakin meningkat. 

Ikhtiar-ikhtiar ini diharapkan menghasilkan generasi saleh dan berilmu tinggi yang kelak mewarisi bumi, sesuai firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 105, yang artinya:

"Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh." QS. Al-Anbiya [21]: 105

Kiranya, apa yang sedang ditunggu dunia, seperti diprediksi banyak orang bahwa cahaya Islam yang penuh kasih sayang (Peradaban Paripurna) akan terbit dari timur, dari Indonedia akan segera terwujud. Biidzillah.

Antapani Kidul, 29 Maret 2025

Ilustrasi video Alam Semesta. Kredit: pexels

Posting Komentar untuk "Inspirasi Ramadan: Menilik Ayat-ayat Lauhulmahfuz "