Dahulu di daerah asal saya ada sebongkah batu yang dikeramatkan. Batu itu cukup besar berada di bawah pepohonan yang rindang. Masyarakat sekitar menyebutnya Watu Lintang. Itu bahasa Jawa yang artinya batu bintang. Konon batu itu dipercaya berasal dari serpihan bintang yang jatuh dari langit.
Pada awal kejadiannya batu itu masih mengeluarkan cahaya layaknya bintang yang di langit. Cahayanya sangat kuat sehingga menerangi kawasan sekitar. Terangnya membuat suasana malam hari terasa seperti siang hari. Ini tentu tidak menguntungkan bagi yang menghendaki suasana yang sunyi, sepi dan gelap di malam hari. Salah satunya ialah Maling Kentiri.
Alkisah Maling Kentiri yang hendak mencuri di kampung yang tidak jauh dari Batu Ajaib itu merasa kesulitan. Maling Kentiri adalah maling "yang baik hati", dia mencuri harta milik orang-orang kaya, misalnya para bangsawan dan saudagar, lalu membagikan hasil curiannya kepada rakyat biasa, orang miskin, dan orang yang tidak mampu. Robin Hood ala Nusantara begitulah kira-kira.
Karena merasa terganggu, lantas dikencingi lah Watu Lintang itu. Berkat kesaktian Maling Kentiri cahaya Batu itu kemudian redup dan akhirnya padam.
Demikian cerita Watu Lintang yang berulang-ulang saya dengar dari Ayah. Cerita pengantar tidur atau ketika membujuk saya agar tidak minta digendong.
Memang kami sering melewati lokasi Batu itu berada, yang letaknya tidak jauh dari jalan menuju ke kampung tempat tinggal Nenek, ibunya Ayah. Agak masuk ke dalam. Tidak tampak oleh orang lewat karena terhalang oleh rimbunnya pepohonan di sekitar.
Versi lain cerita Watu Lintang yang sedikit berbeda. Bahwa yang mengencingi batu itu bukan Maling Kentiri melainkan seorang Adipati yang hendak mengasingkan diri, yang merasa terganggu oleh terangnya cahaya dari batu itu.
Kisah Watu Lintang ini hanyalah sebuah dongeng, bukan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Sekarang coba kita perhatikan cerita singkat berikut ini. Kisah tentang Situs Trowulan.
Tempat ini adalah lokasi peninggalan sebuah kerajaan besar yaitu Kerajaan Majapahit. Informasi tentang peninggalan sejarah ini Wikipedia antara lain menulis sebagai berikut:
"Menurut Prapanca dalam kitab Negarakertagama; keraton Majapahit dikelilingi tembok bata merah yang tinggi dan tebal. Di dekatnya terdapat pos tempat para punggawa berjaga. Gerbang utama menuju keraton (kompleks istana) terletak di sisi utara tembok, berupa gapura agung dengan pintu besar terbuat dari besi berukir. Di depan gapura utara terdapat bangunan panjang tempat rapat tahunan para pejabat negara, sebuah pasar, serta sebuah persimpangan jalan yang disucikan."
Dan seterusnya …
Cerita tentang gambaran keadaan keraton Majapahit ini adalah sesuatu yang sungguh terjadi pada masa lampau, atau disebut peristiwa sejarah.
Peninggalan yang dapat kita saksikan sekarang ini merupakan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan tentang kebenaran cerita itu.
Demikianlah ilustrasi tentang cerita fiksi atau dongeng dan cerita sejarah. Dongeng merupakan bagian dari budaya lisan. Selain menghibur biasanya mengandung pesan moral atau nilai-nilai kehidupan yang sangat bermanfaat terutama bagi anak-anak.
Sedangkan sejarah adalah catatan atau kisah tentang peristiwa-peristiwa yang sungguh terjadi pada masa lalu. Kejadian yang melibatkan individu, kelompok, atau seluruh masyarakat.
Dari peristiwa sejarah itu kita bisa banyak mengambil pelajaran. Bagaimana suatu peristiwa, budaya, atau masyarakat terbentuk dan berkembang dari waktu ke waktu. Pasang surut terjadi di sana.
Menganalisa kesuksesan dan kegagalan pada masa lalu itu, tentu sangat bermanfaat untuk menjalani kehidupan hari ini. Pun demi perencanaan masa depan. Benar kata Bung Karno: “Jas Merah.” Jangan meninggalkan sejarah.