Tatanan Dunia - Sejarah dan Harapan

Ilustrasi tatanan global. Foto: Pexels
Dunia tidak pernah memiliki satu tatanan tunggal yang berlaku universal, melainkan gabungan dari beragam sistem regional yang acap kali bertentangan.

Tulisan ini cuplikan dari buku yang berjudul World Order karya Henry Kissinger—kalau Anda mau bisa beli versi digitalnya di Google Play buku. Henry Kissinger adalah seorang akademisi yang mendalami sejarah dan teori hubungan internasional. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman panjangnya sebagai arsitek kebijakan luar negeri Amerika Serikat pada era Perang Dingin.

Sebagai profesor di Harvard, Kissinger dikenal karena pemikirannya tentang strategi, diplomasi, dan hubungan internasional. Karier politiknya melejit saat ia menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional (1969–1975) dan kemudian Menteri Luar Negeri AS (1973–1977) di bawah Presiden Richard Nixon dan Gerald Ford.

Dalam buku tersebut, ia menyoroti bahwa sepanjang sejarah, tatanan dunia terbentuk melalui interaksi antara kekuatan politik, kepentingan nasional, serta konsep nilai yang dianut masing- masing bangsa.

World order atau tata dunia menurut Kissinger mengacu pada seperangkat aturan, norma, dan keseimbangan kekuatan yang memungkinkan negara-negara hidup berdampingan tanpa harus terjerumus ke dalam konflik terus-menerus.

Ia berpendapat bahwa keteraturan global yang stabil memerlukan dua hal. Pertama, Legitimasi, yaitu penerimaan bersama terhadap prinsip-prinsip tertentu. Dan kedua, keseimbangan kekuatan, yaitu distribusi kekuatan yang relatif seimbang sehingga tidak ada satu pihak yang bisa mendominasi secara mutlak. 

Henry Kissinger. Foto: Shutterstock

Kacamata Sejarah Tatanan Dunia

1. Eropa dan Sistem Westphalia

Titik awal era modern dalam tata dunia adalah Perdamaian Westphalia tahun 1648, yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa. Dari sinilah lahir prinsip kedaulatan negara dan non-intervensi dalam urusan internal. Sistem Westphalia kemudian menjadi model dasar hubungan internasional modern, meskipun tidak selalu berlaku universal. 

2. Islam dan Timur Tengah

Kissinger menyoroti bagaimana peradaban Islam membentuk tata dunia sendiri berdasarkan syariat dan misi universal. Namun, kawasan Timur Tengah modern kerap dilanda konflik akibat pertentangan antara identitas keagamaan, nasionalisme, dan intervensi kekuatan luar. Hal ini membuat kawasan tersebut sering berada di luar kerangka Westphalia.

3. Tiongkok

Tradisi politik Tiongkok kuno didasarkan pada konsep tianxia (“semesta di bawah langit”), yakni tatanan hierarkis dengan Tiongkok sebagai pusatnya. Walaupun pada abad ke-19 dan ke-20 Tiongkok melemah akibat kolonialisme, dalam era modern Tiongkok bangkit kembali dengan kombinasi warisan historis dan ambisi geopolitik baru, khususnya dalam upaya menjadi kekuatan global.

4. Amerika Serikat

Amerika sejak awal memiliki visi berbeda, yaitu idealisme bahwa negaranya merupakan “pengecualian” (American exceptionalism) dan bertugas menyebarkan demokrasi serta kebebasan. Dalam praktiknya, AS sering berperan ganda: kadang sebagai kekuatan realistis yang mengejar kepentingan, kadang pula sebagai kekuatan idealis yang ingin membentuk dunia sesuai nilai liberalnya.

5. Asia dan Kawasan Lain

India, Rusia, Jepang, dan kawasan lain yang masing-masing membawa warisan sejarah dan tradisi politik unik.

Jadi, dari perspektif sejarah menunjukkan bahwa dunia bukanlah sistem tunggal, melainkan mosaik tatanan regional yang saling berinteraksi.

Tantangan Tata Dunia Modern

Abad ke-21 menghadirkan tantangan baru terhadap tatanan dunia, antara lain sebagai berikut:

Globalisasi dan Teknologi

Dunia semakin terhubung melalui ekonomi global, komunikasi, dan teknologi. Namun, globalisasi tidak otomatis membawa harmoni. Justru ia dapat menimbulkan ketimpangan, keresahan sosial, dan benturan identitas.

Ekstremisme dan Konflik Timur Tengah

Radikalisme agama dan konflik berkepanjangan di Timur Tengah menjadi ancaman serius. Kawasan ini belum menemukan bentuk tata dunia yang stabil antara tradisi, modernitas, dan pengaruh asing.

Kebangkitan Tiongkok

Kebangkitan ekonomi dan militer Tiongkok menantang dominasi Amerika Serikat. Pertanyaannya: apakah keduanya bisa menemukan modus vivendi (jalan damai untuk hidup berdampingan), atau justru terjebak dalam konflik antara kekuatan lama dan kekuatan baru?

Kerapuhan Eropa

Uni Eropa yang dibangun di atas integrasi ekonomi dan politik menghadapi berbagai ujian: krisis finansial, migrasi, dan perbedaan kepentingan antarnegara. Eropa yang dulu menjadi model Westphalia kini justru berada dalam ketidakpastian.

Tantangan Moral dan Nilai

Dunia menghadapi pertanyaan: apakah ada nilai universal yang bisa disepakati? Ataukah setiap kawasan tetap berpegang pada tradisi sendiri? Kissinger melihat bahwa tanpa adanya legitimasi nilai bersama, sulit membangun keteraturan global.

Harapan Masa Depan

Menurut Kissinger, bahwa tatanan dunia tidak bisa dipaksakan oleh satu negara atau ideologi. Dunia membutuhkan pendekatan multipolar di mana kekuatan besar saling menahan diri dan mencari kompromi. Ia menekankan pentingnya diplomasi – seni merundingkan perbedaan tanpa mengorbankan stabilitas.

Kissinger menegaskan bahwa Amerika Serikat perannya tetap vital, tetapi bukan sebagai hegemon tunggal. AS harus mampu menyeimbangkan kepemimpinan global dengan pengakuan terhadap perbedaan sistem politik dan budaya bangsa lain. Jika tidak, dunia bisa jatuh pada konflik besar.

Dengan demikian apakah era unipolar pasca perang dingin segera berakhir?

Jawabannya---selain yang dinyatakan Kissinger seperti tersebut di atas---boleh jadi ada di buku “The End of American World Order” karya Amitav Acharya. Versi digital buku tersebut tersedia di Perpustakaan Online iPusnas. Bagi Anda yang berminat dipersilakan meminjam disana.


Klik video ilustrasi dunia selalu berputar.

Sumber: Shutterstock




Posting Komentar untuk "Tatanan Dunia - Sejarah dan Harapan"